KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN


KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A      Kajian Teoria
1        Strategi Belajar dan Mengajar.
      Pada setiap pengajaran ada tujuan yang harus dicapai dan untuk pencapaian tujuan tersebut kita perlu menyampaikan topik – topik yang  didalamnya ada konsep – konsep yang harus sampai pada siswa, dan untuk itu diperlukan pendekatan tertentu seperti pemecahan masalah , latiahan soal , latih – hafal dan mungkin dengan pendekatan yang lainnya.
      Andi Hakim Nasution ( 1988 : 243 ) menyatakan bahwa dalam suatu pengajaran yang berkaitan dengan suatu materi kurikulum tertentu prinsip keterlaksanaan dipenggaruhi oleh empat komponen pokok yaitu pembawa materi , penyaji materi , pendekatan dan penerima materi. Pengaturan materi kurikulum tersebut dinamakan strategi belajar mengajar.
      Pada pengajaran matematika sampai sekarang ini masih menggunakan strategi belajar mengajar langsung dan sempit. Maksudnya adlah materi pelajaran yang dibawakan guru itu sempit ( dikumpulkan oleh guru itu sendiri ) , penyajinya guru itu sendiri pendekatan yang digunakan deduktif dan siswa yang menerimanya adalah kelompok besar, padahal bila dilihat dari kombinasi yang ada dalam strategi pembelajaran paling tidak ada 81 kombinasi yang dapat dilaksanakan dalam pengajaran.

2        Strategi Pembelajaran Aktif
a.      Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif
      Strategi merupakan istilah lain dari pendekatan, metode atau cara. Di dalam kepustakaan pendidikan istilah-istilah tersebut di atas sering digunakan secara bergantian. Menurut Udin S. Winataputra & Tita Rosita ( 1995: 124) istilah strategi secara harfiah adalah akal atau siasat. Sedangkan strategi pembelajaran diartikan sebagai urutan langkah atau prosedur yang digunakan guru untuk membawa siswa dalam suasana tertentu untuk mencapai tujuan belajarnya.
Sedangkan pembelajaran aktif menurut Hisyam Zaini, Bermawy Munthe & Sekar Ayu Aryani (2007:xvi) adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Di sisi lain, Silberman (2006:35-41) menyatakan lingkungan fisik dalam kelas dapat mendukung atau menghambat kegiatan belajar aktif. Sehingga dari pernyataan tersebut perlengkapan kelas perlu disusun ulang untuk menciptakan formasi tertentu yang sesuai dengan kondisi belajar siswa. Namun begitu  di tidak ada satu susunan atau tata letak yang mutlak ideal, namun ada banyak pilihan yang tersedia. Sepuluh kemungkinan susunan tata letak meja dan kursi yang disarankan sebagai berikut: bentuk U, gaya tim, meja konferensi, lingkaran, kelompok pada kelompok, ruang kerja, pengelompokan berpencar, formasi tanda pangkat, ruang kelas tradisional, auditorium. Sejalan dengan pendapat tersebut, Syamsu Mappa dan Anisa Basleman (1994:46) menyatakan penggunaan meja, kursi dan papan tulis berroda lebih memungkinkan berlangsungnya proses interaksi belajar dan membelajarkan yang bergairah.
Aktifitas siswa belajar di kelas terwujud bila terjadi interaksi antar warga kelas.  Boakes dalam Mar’at (1984:110) menyatakan bahwa di dalam interaksi ada aktifitas yang bersifat resiprokal (timbal balik) dan berdasarkan atas kebutuhan bersama, ada aktifitas daripada pengungkapan perasaan, dan ada hubungan untuk tukar-menukar pengetahuan yang didasarkan take and give, yang semuanya dinyatakan dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan. Lebih lanjut, Syamsu Mappa dan Anisa Basleman (1994:46) menyatakan hubungan timbal balik antar warga kelas yang harmonis dapat merangsang terwujudnya masyarakat kelas yang gemar belajar. Dengan demikian, upaya mengaktifkan siswa belajar dapat dilakukan dengan mengupayakan timbulnya interaksi yang harmonis antar warga di dalam kelas. Interaksi ini akan terjadi bila setiap warga kelas melihat dan merasakan bahwa kegiatan belajar tersebut sebagai sarana memenuhi kebutuhannya. Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, berdasarkan teori kebutuhan Maslow, Silberman (2006:30) menyatakan kebutuhan akan rasa aman harus dipenuhi sebelum bisa dipenuhinya kebutuhan untuk mencapai sesuatu, mengambil resiko, dan menggali hal-hal baru.
Dari pembahasan di atas, tip – tip dibawah ini dapat digunakan guru untuk mengarah pada strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam  belajar:
1)      Selalu berpenampilan menarik dan penuh wibawa.
      Kesan pertama siswa saat bertemu gurunya adalah fisik dari guru tersebut. dengan penampilan yang menarik dan penuh wibawa akan membuat kesan yang positif dari siswa, sehingga dengan mudah guru akan dapat membawa siswa kedalam suasana belajar yang guru inginkan.
2)      Manfaatkan pertemuan pertama dengan siswa untuk perkenalan antar warga kelas, tunjukkan cara-cara belajar matematika yang baik, buatlah kesepakatan (kontrak) terkait norma-norma yang harus dipatuhi oleh warga kelas. 
3)      Buatlah formasi tata letak meja, kursi, pajangan dinding, dan perabot kelas yang lain sesuai dengan kesepakatan warga kelas dan kebutuhan. 
4)      Siapkan semua peralatan  yang akan digunakan di dalam ruang kelas sebelum memulai pembelajaran.
5)      Mulailah proses belajar mengajar dengan materi yang ringan  tetapi menantang yang dapat merangsang siswa turut aktif berfikir. Kemudian masuk pada materi yang akan kita ajarkan dengan senantiasa melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar. Misalkan senantiasa mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang kita ajarkan agar siswa lebih mudah memahami materi yang kita berikan.
6)      Selalu memulai dan mengakhiri pembelajaran tepat waktu serta dengan salam yang menghangatkan, yaitu salam penuh kasih dan hormat.
7)      Gunakan bahasa yang santun, hormat, dan dengan nada bicara yang lembut.
8)      Memahami dan menghormati berbagai perbedaan yang ada.
9)      Menghormati kerahasiaan setiap siswa
10)  Tidak merendahkan dan mencemooh siswa
11)  Memberi kesempatan yang sama kepada semua siswa untuk bicara dan jangan mengintrupsi pembicaraan siswa
12)  Bila seorang siswa mengemukakan pendapat, jadilah pendengar yang baik dan selanjutnya berikan kesempatan kepada  siswa lain untuk memahaminya dan memberikan komentarnya.
13)  Memahami dan menghormati pendapat setiap siswa, bila perlu melancarkan kritik: gunakan bahasa yang mengayomi, dan bila kritik bersifat pribadi seyogyanya dilakukan di ruang khusus.
14)  Sekali waktu, berilah kesempatan kepada siswa untuk memberikan saran atau kritik guna perbaikan proses pembelajaran. 
15)  Sediakan waktu untuk berkomunikasi dengan siswa di luar kelas.

b.      Prosedur Pembelajaran Aktif
         Proses pembelajaran di kelas dapat dipandang sebagai tiga bagian kegiatan yang terurut, yaitu: kegiatan awal (pendahuluan), kegiatan inti, dan kegiatan akhir (penutup). Dengan demikian, strategi pembelajaran aktif dapat dirumuskan sebagai prosedur kegiatan yang mengaktifkan siswa pada setiap bagian kegiatan secara terurut. Prosedur tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
1)      Prosedur Mengaktifkan Siswa Belajar Matematika Pada Awal Pembelajaran
Dimensi pertama dalam peristiwa belajar matematika adalah membangun sikap dan persepsi positif terhadap belajar dan matematika sebagai obyek belajar. Kesiapan mental untuk terlibat dalam pembelajaran mutlak dicapai dalam mengaktifkan siswa belajar matematika, oleh karenanya kegiatan membangunkan sikap dan persepsi positif siswa harus dilakukan sejak awal dimulainya pembelajaran. Hal yang harus dilakukan guru pada awal pembelajaran adalah membangunkan minat, membangunkan rasa ingin tahu, dan merangsang siswa untuk berfikir. Bila minat siswa, rasa ingin tahu siswa telah bangkit, serta  siswa telah terangsang untuk berfikir ini berarti siswa telah siap secara mental untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran matematika,  dan bila terjadi sebaliknya berarti secara mental siswa belum siap terlibat dalam pembelajaran.
Dengan memodifikasi strategi berbagi pengetahuan secara aktif, Silberman  (2006:100-102), mengawali kegiatan pembelajaran aktif dengan prosedur sebagai berikut:
a)      Tentukan rentang waktu yang pasti untuk kegiatan awal pembelajaran.
b)      Ucapkan salam pembuka yang menghangatkan siswa.
c)      Sediakan daftar pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran matematika yang akan diajarkan. Misalnya:
(1)   kata-kata untuk didefinisikan,
(2)   soal-soal sederhana dari aplikasi rumus yang telah dikenal,
(3)   pertanyaan tentang aplikasi matematika sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
b)      Perintahkan siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu sebaik yang mereka bisa dan dalam waktu yang telah ditentukan.
c)      Perintahkan siswa untuk menyebar di kelas, menanyakan kepada temannya jawaban pertanyaan yang dia sendiri tidak tahu jawabannya, Doronglah siswa untuk saling membantu.
d)     Perintahkan untuk kembali ke tempat semula dan gunakan teknik tanya jawab untuk membahas jawaban yang mereka dapatkan.
e)      Gunakan pertanyaan-pertanyaan arahan sebagai upaya merangsang berfikir siswa menjawab pertanyaan yang tak satupun siswa bisa menjawab.
f)       Gunakan informasi-informasi yang diperoleh dalam kegiatan ini sebagai sarana untuk memperkenalkan topik-topik penting materi pelajaran dalam kegiatan inti.
Secara umum, manusia tidak menyukai suatu kegiatan yang kurang bervariasi. Oleh karenanya perlu dipilih kegiatan lain sebagai variasi kegiatan di atas. Berikut ini dapat menjadi alternatif pilihan.
(1)   Daftar pertanyaan dapat diganti dengan menyediakan kartu indeks dan perintahkan siswa untuk menuliskan satu informasi yang menurut siswa akurat tentang materi yang akan diajarkan.
(2)   Kegiatan menyebar dapat diganti dengan merotasi pertukaran pendapat antar kelompok belajar di kelas.
2)      Prosedur Mengaktifkan Siswa Belajar Matematika Pada Kegiatan Inti Pembelajaran
Telah dikemukakan di atas bahwa pendidikan matematika di segala jenjang dimaksudkan untuk membangun pengetahuan, keterampilan dan sikap terkait dengan matematika. Pembelajaran aktif dalam pendidikan matematika dapat berlangsung dalam proses penyelidikan atau proses bertanya. Siswa dikondisikan dalam sikap mencari (aktif) bukan sekedar menerima (reaktif). Kondisi ini terjadi jika siswa dilibatkan dalam tugas dan kegiatan yang secara halus mendesak mereka untuk berfikir, bekerja, dan merasakan.
Berdasarkan pendapat di atas, upaya yang harus dilakukan guru untuk mengaktifkan siswa belajar matematika adalah: (1) mengkondisikan situasi belajar matematika menjadi kegiatan siswa mengupayakan pemecahan masalah atau mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan, baik masalah atau pertanyaan yang diajukan guru maupun siswa; (2) mendorong ketertarikan siswa untuk mendapatkan informasi atau menguasai keterampilan melalui pemecahan masalah atau mencari jawaban atas pertanyaan; (3) mendesak siswa secara halus untuk bergerak mengkaji atau menilai suatu jawaban pertanyaan, suatu pendapat (gagasan),  atau suatu penyelesaian masalah. Guru dapat menggunakan berbagai strategi dengan berbagai teknik untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan inti. Dengan memodifikasi pendapat Silberman (2006:117-206), strategi berikut ini dapat digunakan guru untuk mengaktifkan siswa belajar matematika:
a)      Menstimulir rasa ingin tahu siswa
Prosedur
(1)   Ajukan pertanyaan/masalah yang kompleks (njelimet) atau yang mempunyai beberapa kemungkinan jawaban untuk menstimulasi keingintahuan siswa tentang materi yang akan diajarkan.
      Pertanyaan yang disajikan haruslah merupakan pertanyaan yang menurut guru ada beberapa siswa yang mengetahui jawabannya atau bagian dari jawaban. Pertanyaan dapat berupa pertanyaan sehari-hari, cara melakukan sesuatu, definisi, cara kerja (prosedur).
(2)   Doronglah siswa untuk berfikir, membuat skema atau diagram, dan membuat dugaan umum.
      Gunakan frase semisal “ coba tebak” atau “coba jawab”
(3)   Jangan buru-buru memberikan tanggapan. Tampung semua dugaan siswa. Ciptakan rasa penasaran tentang jawaban yang sesungguhnya.
      Sebagai variasi, buatlah siswa berpasangan dan membuat dugaan secara kolektif.
(4)   Gunakan pertanyaan itu untuk mengarahkan siswa kepada apa yang hendak diajarkan. Anda perlu memastikan bahwa siswa lebih menaruh perhatian terhadap pelajaran dibanding biasanya.

b)     Menstimulir siswa untuk belajar mandiri
Prosedur
(1)   Bagikan kepada siswa bahan ajar, disertai beberapa pertanyaan/masalah yang terurut dari yang sederhana sampai yang kompleks.
(2)   Perintahkan siswa untuk mempelajari bahan ajar secara mandiri atau berpasangan.
(3)   Perintahkan siswa untuk membubuhkan tanda tanya pada materi yang belum mereka pahami. Anjurkan untuk menyisipkan tanda tanya sebanyak mungkin. Perintahkan siswa untuk menyusun pertanyaan sebanyak mungkin terkait dengan tanda tanya yang mereka bubuhkan
(4)   Perintahkan siswa untuk mengemukakan pertanyaan secara tertulis. Beri kesempatan siswa lain untuk menanggapinya. Lakukan seterusnya sehingga semua pertanyaan siswa dibahas.
(5)   Berikan penjelasan sebagai sarana pemantapan dari jawaban atas pertanyaan siswa.
(6)   Perintahkan siswa menyelesaikan masalah dalam bahan ajar secara mandiri atau berpasangan.
(7)   Perintahkan siswa untuk mengemukakan jawaban masalah. Berikan kesempatan siswa lain memberikan komentar atau mengemukakan kemungkinan jawaban lain.
(8)   Berikan pemantapan jawaban atas pertanyaaan
      Jika guru merasa bahwa siswa akan mengalami kesulitan mempelajari sendiri bahan ajar, berikan sejumlah informasi yang mengarahkan mereka.

c)      Menstimulir siswa untuk belajar bersama dalam kelompok.
Prosedur
(1)   Perintahkan siswa secara mandiri mempelajari bahan ajar
(2)   Perintahkan untuk menuliskan hal yang belum diketahui dalam bentuk pertanyaan.
(3)   Perintahkan untuk membentuk kelompok. Perintahkan masing-masing kelompok memberi nama kelompok dengan nama dalam matematika, misalnya: kelompok aljabar, kelompok Phytagoras dan sebagainya.
(4)   Diskusikan pertanyaan-pertanyaan dari masing-masing anggota kelompok.
(5)   Berikan tugas memecahkan masalah, dengan petunjuk yang jelas. misalnya: tuliskan rumus, gambarkan, buat skema atau diagram yang kamu gunakan untuk menjawab.
(6)   Berikan peran pada anggota kelompok. Misalnya: fasilitator, pencatat, juru bicara, pengatur waktu.
(7)   Berikan kesempatan masing-masing kelompok untuk menyajikan hasil diskusi di depan kelas.
(8)   Perintahkan siswa untuk kembali ke posisi semula dan lakukan salah salah satu berikut:
(a)    Membahas materi secara bersama
(b)   Dapatkan pertanyaan dari siswa
(c)    Beri siswa pertanyaan kuis
(d)   Sediakan latihan penerapan atau kuis bagi siwa untuk menguji pemahaman mereka.
d)     Belajar berpasangan
Prosedur:
(1)   Berikan kepada siswa, satu atau beberapa permasalahan yang memerlukan perenungan dan pemikiran.
(2)   Perintahkan siswa untuk menyelesaikan masalah secara perseorangan.
(3)   Setelah semua siswa menyelesaikan masalah, aturlah menjadi sejumlah pasangan dan perintahkan mereka untuk berbagi jawaban satu sama lain.
(4)   Perintahkan pasangan untuk membuat jawaban baru bagi tiap masalah, memperbaiki tiap jawaban perseorangan
(5)   Bila semua pasangan telah menuliskan jawaban baru, bandingkan jawaban dari tiap pasangan dengan pasangan lain di dalam kelas.
(6)   Perintahkan seluruh siswa untuk memilih jawaban yang tepat untuk tiap pertanyaan.
      Untuk menghemat waktu, bagilah seluruh siswa dalam 4 kelompok besar berilah nama kelompok. Berikan permasalahan yang berbeda pada masing-masing kelompok Pada akhir sesi, perintahkan masing-masing kelompok untuk menyajikan jawaban terbaiknya. Berikan hadiah pada jawaban terbaik.
e)      Turnamen belajar
Prosedur:
(1)   Bagilah siswa menjadi sejumlah tim beranggotakan 2 hingga 8 siswa. Pastikan bahwa tim memiliki jumlah anggota yang sama. Perintahkan untuk memberi nama kelompok masing-masing.
(2)   Berikan bahan ajar kepada tim untuk dipelajari bersama.
(3)   Buat beberapa pertanyaan yang dapat menguji aspek ingatan dan pemahaman terhadap materi yang diberikan. Gunakan format yang memudahkan penilaian sendiri. Misalnya: pilihan ganda, melengkapi, benar-salah, atau definisi istilah, menyatakan rumus atau teorema.
(4)   Perintahkan siswa untuk menjawab secara perseorangan. Pastikan hal ini dilakukan oleh masing-masing siswa.
(5)   Setelah semua siswa menyelesaikan jawaban mereka, aturlah menjadi sejumlah pasangan dan perintahkan mereka untuk berbagi jawaban satu sama lain.
(6)   Lakukan diskusi kelas untuk menentukan jawab pertanyaan.
(7)   Perintahkan siswa untuk menghitung jumlah pertanyaan yang mereka jawab dengan benar, dan mintalah mereka untuk memberikan skor.
(8)   Perintahkan siswa untuk menyatukan skor mereka dengan anggota tim mereka untuk mendapatkan skor tim. Umumkan skor dari tiap tim. Berikan hadiah atau berilah tepuk tangan pada tim yang memperoleh skor tertinggi. Sebutlah ini sebagai “ronde satu”.
(9)   Perintahkan mereka untuk belajar lagi untuk ronde ke dua dalam turnamen.  Kemudian ajukan pertanyaan tes lagi sebagai bagian dari “ronde kedua”. Perintahkan siswa dengan prosedur seperti ronde satu.
      Turnamen ini dapat dilakukan dengan jumlah ronde bervariasi dan waktu  tiap ronde dapat dilakukan bervariasi, namun pastikan bahwa setiap ronde siswa menjalani sesi belajar. Dengan kesepakatan siswa, guru dapat memberikan penalti (hukuman) kepada siswa yang memberikan jawaban salah dengan pengurangan nilai (misal -1 atau -2) dan memberikan nilai 0 pada siswa yang tidak menjawab.
f)       Menstimulir pembelajaran antar siswa
Prosedur
(1)   Bentuklah kelompok dengan jumlah kelompok sesuai dengan topik (sub pokok bahasan) yang akan dipelajari siswa. Topik dipilih yang saling terkait.
(2)   Beri setiap kelompok sejumlah informasi, konsep, atau keterampilan untuk diajarkan kepada siswa lain.
(3)   Perintahkan setiap kelompok untuk menyusun cara dalam menyajikan atau mengajarkan topik mereka kepada siswa lain. Sarankan mereka untuk menghindari cara ceramah atau semacam pembacaan laporan. Doronglah mereka untuk menjadikan pengalaman belajar sebagai pengalaman yang aktif bagi siswa
(4)   Kemukakan beberapa saran berikut ini:
(a)    sediakan media visual
(b)   berikan kesempatan temanmu untuk membaca materi terlebih dahulu.
(c)    gunakan contoh atau analogi untuk menyajikan poin-poin pengajaran
(d)   libatkan temanmu dalam diskusi atau tanya jawab.
(e)    berikan kesempatan pada temanmu untuk bertanya
(f)    Berikan waktu yang cukup untuk merencanakan dan mempersiapkan (baik di dalam maupun di luar kelas). Kemudian perintahkan tiap kelompok untuk menyajikan pelajaran mereka. Beri tepuk tangan atas usaha mereka.
      Sebagai alternatif dari pengajaran model ini adalah perintahkan siswa untuk mengajarkan atau memberi bimbingan kepada siswa lain secara individual atau dalam kelompok kecil.
3)      Strategi menutup pembelajaran matematika
Pada kegiatan menutup pembelajaran dapat dimanfaatkan guru untuk:
a)      memberikan kesempatan bagi siswa merangkum atau membuat ikhtisar dari pelajaran pada hari itu,
b)      memotivasi siswa untuk mempelajari ulang bahan ajar dan atau menyelesaikan tugas rumah secara mandiri atau kelompok,
c)      memberikan informasi bahan ajar pertemuan berikutnya,
d)     mendapatkan penilaian dari siswa guna perbaikan proses pembelajaran, dan
e)      memberikan salam penutup.
Cara yang baik untuk membelajarkan membuat ikhtisar bahan ajar adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat ikhtisar dan menyajikan ikhtisar kepada siswa lain. Strategi berikut dapat digunakan guru:
Prosedur
a)      Jelaskan kepada siswa bahwa bila guru yang membuat ikhtisar pelajaran, itu bertentangan dengan prinsip belajar aktif.
b)      Bagilah siswa menjadi kelompok beranggotakan dua hingga 4 orang.
c)      Perintahkan setiap kelompok untuk membuat ikhtisar pelajaran pada hari itu. Doronglah setiap kelompok untuk membuat uraian singkat guna disampaikan pada kelompok lain. Gunakan pertanyaan panduan, misalnya:
(1)   Apa judul materi yang baru saja dipelajari?
(2)   Tuliskan definisi atau rumus yang baru saja dipelajari secara terurut!
(3)   Digunakan dalam masalah apa saja rumus yang baru di pelajari?
3        Pembelajaran  Efektif.
Dalam proses belajar mengajar agar didapatkan suatu hasil yang maksimal maka diperlukan suatu teknik pembelajaran yang efisien dan afektif sehingga tidak mengahabiskan waktu yang lama dan bertele-tele yang kadang hasilnya kurang memuaskan, apalagi untuk siswa didik yang mengikuti program akselerasi yang waktu belajarnya relatif lebih cepat dibanding dengan siswa didik yang duduk di kelas reguler . Menurut Daniel Muijs dan David Reynolds (2008 : 65 – 66) Suatu pengajaran klasikal agar efektif maka harus jauh dari sekedar menyampaikan isi pelajaran dengan gaya ceramah kepada murid. Hampir semua peneliti sepakat tentang pentingnya interaksi antara guru dan siswa.
Didalam studinya terhadap siswa sekolah dasar di Inggris ( Daniel Muijs , 1999) menemukan efek  - efek positif dari seringnya menggunkaan tanya jawab , komunikasi dengan kelas dan menggunakan petanyaan dan pernyataan tingkat tinggi selain itu perlu pentingnya interaksi untuk pengajaran yang efektif.
Peneliti – peneliti di  Amerika telah menunjukkan pentingnya interaksi, di dalam penelitian – penelitian mereka sebelum studi – studi yang dilakukan di eropa. Rosenshine dan Furst ( 1973 ) menemukan penggunaan beragam pertanyaan sebagai sebuah faktor krusial di dalam penelitian mereka yang dimulai tahun 1960 sampai dengan 1970.
Karena pentingnya interaksi dan tanya jawab sebagai elemen yang paling luas diteliti dalam peneltian tentang mengajar. Oleh karena itu perlu diketahui dalam tanya jawab yang efektif  dan interaksi yang efektif dalam pembelajaran.
Tanya jawab dapat digunakan untuk memeriksa pemahaman siswa untuk memberikan dasar pada pembelajaran siswa, untuk membantu siswa dalam mengklarifikasikan dan memverbalisasikan pikiran mereka, dan membantu siswa mengembangkan sense of mastery ( perasaan menguasai sesuatu ). Tanya jawab yang efektif  dapat terjadi bila penguasaan diri yang solid tentang strategi – strategi mana yang paling efektif.
Di dalam pembelajaran yang mengunakan pembelajaran langsung , berbagai pertanyaan perlu dilontarkan pada awal pelajaran , ketika topik dari pelajaran sebelumnya diulas. Agar tanya jawab efektif tercapai maka seorang pengajar perlu mencampur pertanyaan tingkat tinggi dan tingkat rendah mencakup produk dan proses serta pertanyaan terbuka dan tertutup , namun seorang pengajar harus memastikan bahwa ada cukup banyak pertanyaan proses tingkat tinggi dan terbuka.
Dalam tanya jawab yang efektif dalam pembelajaran langsung bila siswa  menjawab benar diberikan respon positif namun impersonal dan bila seorang siswa memberikan jaaban yang kurang sepenuhnya benar , maka pengajar poerlu memberikan prompt kepadanya untuk menemukan jawaban yang benar.
Bentuk interaksi lain yang efektif dalam pembelajaran adalah diskusi kelas, namun suatu diskusi agar efektif perlu disiapkan dengan seksama. Pengajar perlu memberikan pedoman yang jelas kepada siswa tentang apa yang didiskusikan. Selama diskusi siswa perlu dipastikan untuk tetap pada tugasnya, dan guru perlu menuliskan poin – poin utama yang muncul selama diskusi. Setelah diskusi poin-poin utama ( produk diskusi ) ini dapat dirangkum dan siswa diminta untuk meberikan komentar tentang seberapa baik diskusi itu tersebut berjalan ( proses diskusi ).
Agar pembelajaran afektif guru juga harus memastikan bahwa siswa – siswa yang pemalu yang mungkin kurang aktif  untuk diberikan kesempatan dalam keterlibatannya dalam proses belajar mengajar.

4        Hasil belajar Matematika.
            Penekanan pembelajaran matematika lebih diutamakan pada proses dengan tidak melupakan pencapaian tujuan. Proses ini lebih ditekankan pada proses belajar matematika seseorang. Tujuan yang paling utama dalam pembelajaran matematika adalah mengatur jalan pikiran untuk memecahkan masalah bukan hanya menguasai konsep dan perhitungan walaupun sebagian besar belajar matematika adalah belajar konsep struktur ketrampilan menghitung dan menghubungkan konsep-konsep tersebut. Andi Hakim Nasution (1982:12 ) mengemukakan bahwa dengan menguasai matematika orang akan belajar menambah kepandaiannya.
            Sementara itu Nana Sudjana (1995:22 ) mengemukakan bahwa hasil belajar matematika adalah kemampuan–kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia memperoleh pengalaman belajarnya. Gagne ( 1977:47-48 ) mengelompokkan hasil belajar menjadi lima bagian dalam bentuk kapabilitas yakni ketrampilan intelektual strategi kognitif , informasi verbal , ketrampilan motorik dan sikap.
            Gagne dan Briggs (1978:49-55) menerangkan bahwa hasil belajar yang berkaitan dengan lima kategori tersebut adalah : (1) ketrampilan intelektual adalah kecakapan yang berkenaan dengan pengetahuan prosedural yang terdiri atas deskriminasi jamak, konsep konkret dan terdefinisi kaidah serta prinsip, (2) strategi kognitif adalah kemampuan untuk memecahkan masalah–masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing – masing individu dalam memperlihatkan, mengingat dan berfikir, (3) informasi verbal adalah kemampuan untuk mendiskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi –informasi yang relevan, (4) ketrampilan motorik adalah kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan–gerakan yang berhubungan dengan otot, (5) sikap merupakan kemampuan internal yang berperan dalam mengambil tindakan untuk menerima atau menolak berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut. Bloom (1976:201-207) membagi hasil belajar menjadi kawasan yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kawasan kognitif berkenaan dengan ingatan atau pengetahuan dan kemampuan intelektual serta ketrampilan- ketrampilan. Kawasan afektif menggambarkan sikap-sikap, minat dan nilai serta pengembangan pengertian atau pengetahuan dan penyesuaian diri yang memadai. Kawasan  psikomotor adalah kemampuan–kemampuan menggiatkan dan mengkoordinasikan gerak. Kawasan kognitif dibagi atas enam macam kemampuan intelektual mengenai lingkungan yang disusun secara hirarkis dari yang paling sederhana  sampai kepada yang paling kompleks, yaitu (1) pengetahuan adalah kemampuan mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari, (2) pemahaman adalah kemampuan menangkap makna atau arti suatu hal, (3) penerapan adalah kemampuan mempergunakan hal – hal yang telah dipelajari untuk menghadapi situasi–situasi baru dan nyata, (4) analisis adalah kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagian–bagian sehingga struktur organisasinya dapat dipahami, (5) sintesis adalah kemampuan untuk memadukan bagian–bagian menjadi satu keseluruhan yang berarti, (6) penilaian adalah kemampuan memberi harga sesuatu hal berdasarkan kriteria intern atau kelompok atau kriteria ekstern atapun yang ditetapkan lebih dahulu.
            Berdasarkan pandangan-pandangan dari para ahli tersebut diatas maka yang dimaksud dengan hasil belajar matematika  dalam penelitian ini adalah hasil dari seorang siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar matematika yang diukur dari kemampuan siswa tersebut dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika
B       Hasil Penelitan yang Relevan.
Sudah cukup banyak penelitian yang membahas tentang prestasi belajar matematika di SMA namun masih sedikit peneliti yang meneliti berkaitan dengan materi matematika pada suatu pokok bahasan. Sepengetahuan peneliti belum ada peneliti yang meneliti tentang penggunaan strategi pembelajaran aktif  untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran materi logaritma pada kelas program akselerasi.
C      Kerangka Pemikiran.
Dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif maka seorang siswa akan selalu terlibat secara langsung dalam pembelajaran , sehingga dengan keterlibatan ini materi yang dibahas akan selalu teringat dalam pemikirannya dan konsep yang harus dikuasai siswa akan mudah diterimanya hal ini sesuai dengan prinsip learning by doing yang menytakan bahwa pembelajaran akan cepat dikuasai siswa dengan siswa tersebut ikut aktif dalam pembelajaran.
Bertolak dari pemikiran bahwa membawa siswa aktif dalam pembelajaran akan memudahkan siswa menerima konsep yang harus dikuasainya maka secara otomatis langkah membawa siswa aktif dalam belajar ini merupakan suatu langkah yang efektif untuk menyampaiakan suatu materi ajar.
Secara grafis pemikiran yang dilakukan oleh peneliti dapat digambarkan dengan bentuk diagram sebagai berikut :

























Gambar 1
Diagram kerangka berfikir
D      Hipotesis Tindakan
Dari uraian pada kajian teori yang telah dipaparkan maka dapat disusun hipotesis tindakan sebagai berikut: ” Melalui strategi pembelajaran aktif  dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran materi logaritma bagi siswa kelas X program akselerasi  di SMA Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2008 – 2009 ”




 
Design by [ Muhammad Taba ]